Makalah Kimia - Korosi
esmaspäev, 23. mai 2016
2
kommentaari
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari kita akan sering menjumpai logam. Logam yang berumur lama
akan identik dengan perkaratan. Istilah lain dalam perkaratan adalah adalah
korosi. Proses korosi terjadi hampir pada semua material terutama logam. Korosi
dapat menyebabkan suatu material mempunyai keterbatasan umur pemakaian, dimana
material yang diperkirakan untuk pemakain dalam waktu lama ternyata mempunyai
umur yang lebih singkat dari umur pemakaian rata-ratanya.
Korosi
atau perkaratan adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungan yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Korosi atau
perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah
berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu
berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.
Dampak
dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya
jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya. Untuk itu
kita harus mengetahui lebih lanjut tentang korosi. Baik itu pengertian,
faktor-faktor yang menyebabkan sampai pada cara pencegahannya.
1.2
Rumusan Masalah
Dengan adanya
makalah ini, ada beberapa masalah yang akan dibahas antara lain:
1)
Apa yang dimaksud dngan korosi ?
2)
Apa faktor penyebab terjadinya korosi ?
3)
Apa saja jenis-jenis korosi ?
4)
Bagaimana proses terjadinya korosi ?
5)
Bagaimana cara mencegah terjadinya
korosi ?
1.3
Tujuan
1)
Untuk mengetahui definisi korosi
2)
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab
terjadinya korosi
3)
Untuk mengetahui jenis-jenis korosi
4)
Untuk mengetahui proses terjadinya
korosi
5)
Untuk mengetahui cara pencegahan korosi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian korosi
Kata
korosi berasal dari bahasa latin “corrodere” yang artinya pengrusakan
logam atau perkaratan. Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena
reaksi dengan lingkungannya (Roberge, 1999). Definisi lainnya adalah
korosi merupakan rusaknya logam karena adanya zat penyebab korosi, korosi
adalah fenomena elektrokimia dan hanya menyerang logam (Gunaltun,
2003). Dalam bahasa sehari-hari korosi disebut dengan perkaratan.
Korosi
atau perkaratan adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungan yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Korosi atau
perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah
berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu
berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.
2.2
Pengertian elektrokimia
Elektrokimia
adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dan reaksi kimia. Elemen yang
digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakteristikan dengan banyaknya elektron
yang dimiliki. Dengan kata lain elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara perubahan (reaksi) kimia dengan kerja listrik, yang biasanya
melibatkan sel elektrokimia yang menerapkan prinsip reaksi redoks dalam
aplikasinya.
Reaksi elektrokimia melibatkan
perpindahan elektron-elektron bebas dari suatu logam kepada komponen di dalam
larutan. Kesetimbangan elektrokimia penting dalam sel galvani (yang
menghasilkan arus listrik) dan sel elektrolis (yang menggunakan arus listrik).
Pengukuran daya gerak listrik (DGL) suatu sel elektrokimia dalam jangkauan suhu
tertentu dapat digunakan untuk menentukan nilai-nilai termodinamika reaksi yang
berlangsung serta koefisien dari aktifitas elektrolit yang terlibat.
Sel
elektrokimia adalah alat yang digunakan untuk melangsungkan perubahan di atas.
Dalam sebuah sel, energi listrik dihasilkan dengan jalan pelepasan elektron
pada suatu elektroda (oksidasi) dan penerimaan elektron pada elektroda lainnya
(reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron disebut anoda sedangkan elektroda
yang menerima elektron disebut katoda. Sel elektrokimia terdiri dari :
1)
Anoda : elektroda tempat berlangsung nya
reaksi oksidasi
2)
Katoda : elektroda tempat berlangsung
nya reaksi reduksi
3)
Larutan elektrolit : Larutan ionik yang
dapat menghantarkan arus listrik
2.2
Pengertian reaksi redoks
Reaksi redoks
adalah reaksi kimia yag disertai perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang
di dalam nya terdapat serah terima elektron antar zat. Reaksi redoks sederhana
dapat disetarakan dengan mudah tanpa metode khusus, sementara untuk reaksi yang
cucukp kompleks ada dua metode yang dapat digunakan untuk menyetarakan nya,
yaitu :
1)
Metode bilangan oksidasi, yaitu reaksi
yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung tanpa atau dalam air dan memiliki
persamaan reaksi lengkap (bukan ionik)
2)
Metode setengah reaksi (metode ion
elektron), yaitu metode yang digunakan untuk reaksi yang berlangsung dalam air
dan memiliki persamaan ionik
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1
Faktor penyebab terjadinya korosi
1)
Uap
air
Dilihat
dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan salah satu faktor penting
untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air
(lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
2)
Oksigen
Udara
yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan terjadinya korosi. Korosi
besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi
tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak
merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik
antara atom logam dengan atom karbon (C), atom logam besi (Fe) bertindak sebagai
anoda dan atom C sebagai katoda.
Oksigen dari udara yang larut dalam air akan
tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya
reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang
mengalami kontak dengan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya
korosi pada permukaan logam tersebut.
3)
Larutan
Garam
Elektrolit
(asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer
muatan. Air hujan banyak mengandung asam, dan air laut banyak mengandung garam,
maka air hujan dan air laut merupakan korosi yang utama.
4)
Permukaan
logam
Permukaan
logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya
akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan bersih
akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang
akan bertindak sebagai anode dan katode.
5)
Keberadaan
zat pengotor
Zat
Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi
tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh,
adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam
mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin
dipercepat.
6)
Kontak
dengan elektrolit
Keberadaan
elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan
menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang
besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.
7)
Temperatur
Temperatur
mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum,
semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini
disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik
partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks
semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek
korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada
perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas
akibat gesekan atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan
bermotor).
8)
Tingkat
keasaman (pH)
Peristiwa
korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena
adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu: 2H+(aq) +
2e- → H2
Adanya
reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang
teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.
9)
Permukaan
logam.
Permukaan
logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki
kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan logam yang kasar
cenderung mengalami korosi.
10)
Efek
galvanic coupling
Kemurnian
logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang terdapat
pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni
timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara
atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan
kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan logam melalui
peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.
11)
Mikroba
Adanya
koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada
logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam
melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya.
Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi
mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida.
3.2
Jenis-jenis korosi
1)
Korosi
Merata (Uniform Attack)
Yaitu
korosi yang terjadi pada permukaan logam yang berbentuk pengikisan permukaan
logam secara merata sehingga ketebalan logam berkurang sebagai akibat permukaan
terkonvensi oleh produk karat yang biasanya terjadi pada peralatan-peralatan
terbuka, misalnya permukaan luar pipa.
2)
Korosi
Galvanik (Galvanic corrosion)
Bentuk
korosi ini terjadi bila dua (atau lebih) logam yang berbeda secara listrik
berhubungan satu sama lainnya berada dalam lingkungan korosif yang sama. Dalam
kasus demikian, logam yang berpotensial paling negatif (dalam keadaan tidak
berhubungan) akan terkorosi, sebaliknya logam lain (logam mulia dengan
potensial tinggi akan kurang terkorosi). Korosi galvanik cenderung terlokalisir
ke arah pembentukan sumuran, dan dalam sistem pipa akan terjadi
kebocoran-kebocoran. Ini hanyalah merupakan masalah perencanaan karena dalam
pabrik, sistem pipa dan rangka banyak melibatkan pemakaian lebih dari satu
macam metal. Oleh karena itu harus diusahakan pemakaian paduan logam yang
berbeda-beda, agar tidak sampai menimbulkan masalah korosi.
3)
Korosi
Sumuran (Pitting)
Korosi
sumuran termasuk korosi setempat dimana daerah kecil dari permukaan metal,
terkorosi membentuk sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih besar dari
diameternya. Mekanisme terbentuknya korosi sumuran,sangat kompleks dan sulit
diduga, sungguhpun demikian ada situasi tertentu dimana korosi sumuran dapat
diantisipasi.Pada baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi
tercelup (air laut) akan terbentuk beda potensial antara mill scale dan baja
hingga pecahnya mill scale mengarah pada situasi anode kecil / katoda besar. Pada
paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan korosinya seperti
stainless steel. Dari segi praktis korosi sumuran terbentuk di dalam air
mengandung chloride, oleh karena itu sering terjadi pada kodisi dilingkungan
laut.
4)
Korosi
Erosi
Gerakan
air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi mekanis misalnya
erosi (pengikisan). Immpingement attack dan cavitation adalah bentuk extrem
dari tipe korosi ini. Korosi erosi cenderung mengarah pada penghilangan lapis
protektif dari permukaan metal oleh aksi partikel abrasive yang ada di dalam
air. Umumnya laju serangan korosi membesar dengan membesarnya kecepatan. Ada
lagi bentuk erosi atau mekanisme lain, misalnya korosi lembaran baja yang
terpancang di pantai, dipengaruhi oleh aksi abrasive dari pasir, dibantu oleh
aksi pasang/surut atau angin. Pada kasus ini lapis protektif dihilangkan.
5)
Impingement
Attack
Seperti
namanya bentuk serangan terjadi ketika larutan menimpa dengan kecepatan cukup
besar pada permukaan metal. Hal ini dapat terjadi pada sistem pipa dimana perubahan
arah tiba-tiba dari aliran pada lingkungan dapat mengakibatkan kerusakan bagian
lain dari pipa tidak terpengaruh. Bentuk korosi ini akan terjadi pada setiap
situasi dimana ada impingement (timpa,bentur,tekan) air yang biasanya
mengandung gelembung udara pada kecepatan serendah 1 m/s.
6)
Perusakan
Cavitasi
Bentuk
perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya gelembung di dalam
air laut, pada permukaan metal. Kondisi pada kecepatan tinggi dan perubahan
tekanan cenderung menimbulkan korosi cavitasi. Serangan biasanya terlokalisir
dan terjadi di daerah tekanan rendah, air bergejolak (boil) dan terbentuk dari
partikel vacumm. Bila air kembali ke tekanan normal, cavity pecah, dengan
membebaskan energi. Hal ini mengarah pada perusakan permukaan paduan logam.
7)
Korosi
Celah (Crevice Corrosion)
Korosi
ini terbentuk apabila terbentuk celah antara dua permukaan dengan bagian dalam
celah lebih anodic dari permukaan luar. Pada dasarnya korosi celah timbul dari
formasi differensial aeration cell, dimana metal yang terexpose di luar crevice
lebih katodic terhadap metal di dalam celah. Arus katodic yang besar bekerja
pada daerah anodic yang kecil menghasilkan serangan korosi yang
intensif.
3.3
Proses terjadinya korosi
|
Proses
perkaratan (korosi) adalah reaksi elektrokimia (redoks). Pada permukaan besi
(Fe) bisa terbentuk bagian anoda dan katoda yang disebabkan oleh dua hal :
1)
Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut
pada permukaan besi
Tetesan
air pada permukaan besi mengandung perbedaan konsentrasi oksigen terlarut. Pada
bagian pinggir mengandung lebih oksigen terlarut, sehingga di bagian ini
bertindak sebagai katoda (reaksi reduksi). Pada bagian tengah tetesan oksigen
terlarut relatif sedikit sehingga bagian ini bertindak sebagai anoda (reaksi
oksidasi).
Fe
→ Fe2+ + 2e-
Ion
Fe2+ bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ /
besi (III) dalam senyawa besi (III) oksida terhidrat. Dengan adanya garam
(oksida asam) atau zat elektrolit akan mempercepat reaksi perkaratan.
2)
Tercampur besi oleh karbon atau logam
lain yang mempunyai E0 reduksi lebih besar dari besi
Karena
E0 reduksi besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan
teroksidasi (anoda), hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi atau
menghasilkan karatan besi. Secara keseluruhan perkaratan besi adalah sebagai
berikut :
Bila besi
bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-kosida
berikut akan terjadi :
Fe
+ ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi setengah
redoksnya :
Katode : ½
O2 + 2H+ + 2e- → H2O
E0=
+ 1,23 volt
Anode : Fe →Fe2+ +
2e- E0=
+ 0,44 volt
Fe
+ ½ O2 + 2H+ → Fe2+ +
H2O E0=+1,67
volt
Reaksi di atas
berlangsung spontan
Besi (II) itu seterusnya
dioksidasi oleh oksigen membentuk karat besi atau oksida besi (III) terhidrasi.
Reaksinya :
Katode : ½
O2 + 2H+ + 2e- →
H2O E0=
+ 1,23 volt
Anode : 2Fe2+ →
2Fe3+ + 2e-
E0=
- 0,77 volt
Reaksi
sel : 2Fe2+ +½ O2 +
2H+ → 2Fe3+ +
H2O E0=
+ 0,46 volt
Reaksi tersebut
merupakan reaksi spontan, selanjutnya :
2Fe3+ + (
x+3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6 H+
Fe2O3.x H2O
inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+ yang dihasilkandapat
mempercepat reaksi korosi selanjutnya. Ion Fe di dalam akan
teroksidasi lagi membentuk Fe2+ atau Fe3+ . Sedangkan ion OH
akan bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan biasanya dengan ion
H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx) yang
dikenal dengan hujan asam.
Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O).
Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O).
Zat ini
dapat bertindak sebagai autokatalis pada proses perkaratan, yaitu karat yang
dapat mempercepat proses perkaratan berikutnya. Pada umumnya logam-logam yang
mempunyai potensial elektroda negatif lebih mudah mengalami korosi. Logam
mulia, logam yang mempunyai potensial elektroda positif, sukar mengalami korosi.
Kedudukan logam dalam deret potensial bukan satu-satunya faktor yang
menyebabkan korosi. Faktor lain yang turut juga menentukan ialah lapisan pada
permukaan logam. Alumunium dan seng mudah dioksidasi dalam udara, akan tetapi
lapisan tipis dari oksida yang terbentuk pada permukaan melindungi bagian
bawahnya terhadap korosi selanjutnya.
Kedua
logam ini, alumunium dan seng mengalami oksidasi yang kurang sempurna di
udara jika dibandingkan dengan besi yang kurang aktif. Karat yang terbentuk di
permukaan besi merupakan lapisan tipis yang berpori sehingga bagian bawahnya
mudah mengalami korosi.
3.4
Cara pencegahan terjadinya korosi
Korosi
menimbulkan banyak kerugian Karena menguraikan umur berbagai barang atau
bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah
dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless steel).akan tetapi,
proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.
Kita
ketahui bahwa korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui
pula bahwa berbagai jenis logam dapat melindungi besi terhadap korosi.
Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada
dua sifat tersebut.
1)
Mengecat
Jembatan,
pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi
dengan udara dan air.
2)
Melumuri
dengan oli dan gemuk
Cara
ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak
besi dengan air.
3)
Dibalut
denagn plastik
Berbagai
macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan pelastik.
Pelastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4)
Tin
plating (pelapisan dengan timah)
Kaleng-kaleng
kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan
secara elektrolisis, yang disebut electroplating. timah tergolong
logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena
tidak ada kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah
hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan
timah ada yang rusak,misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat
korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negativ dari
pada timah (EO Fe = -0,44 volt; E0 Sn = -0,14 volt). Oleh karena
itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan
besi sebagai anode. Denagan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi,
hal itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5)
Cromium
plating (pelapisan dengan kromium)
Besi
atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung
yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Chromium platingjuga
dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi
perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
6)
Zink
Plating
Penyepuhan
besi biasanya menggunakan logam krom atau timah. Kedua logam ini dapat
membentuk lapisan oksida yang tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi
terlindung dari korosi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan film permukaan dari
oksida logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah
korosi lebih lanjut.
Logam
seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir), tetapi seng tidak
membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau timah, melainkan berkorban demi
besi. Seng adalah logam yang lebih reaktif dari besi, seperti dapat dilihat
dari potensial setengah reaksi oksidasinya:
Zn(s)
→ Zn2+(aq) + 2e–
|
Eo =
–0,44 V
|
Fe(s)
→ Fe2+(g) + 2e–
|
Eo =
–0,76 V
|
Oleh
karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu daripada besi. Jika pelapis
seng habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari keadaan normal
(tanpa seng). Paduan logam juga merupakan metode untuk mengendalikan korosi.
Baja stainless steel terdiri atas baja karbon yang mengandung sejumlah kecil
krom dan nikel. Kedua logam tersebut membentuk lapisan oksida yang mengubah
potensial reduksi baja menyerupai sifat logam mulia sehingga tidak terkorosi.
7)
Proteksi
katodik
Proteksi
katonik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi besi
yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki
penyimpan BBM. Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi.
Oleh karena logam Mg merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan
teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida maka besi
akan terkorosi
Anode
|
:
|
2Mg(s)
→ 2Mg2+(aq) + 4e–
|
Katode
|
:
|
O2(g)
+ 2H2O(l) + 4e– → 4OH–(aq)
|
Reaksi
|
:
|
2Mg(s)
+ O2(g) + 2H2O → 2Mg(OH)2(s)
|
Oleh sebab itu,
logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu diperiksa agar
jangan sampai habis karena berubah menjadi hidroksidanya.
8)
Penambahan
Inhibitor
Inhibitor
adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif dengan
kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor korosi
dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor
anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor teradsorpsi.
1)
Inhibitor
anodic
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang
mengendalikan korosi dengan cara menghambat transfer ion-ion logam ke dalam
air. Contoh inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah senyawa kromat dan
senyawa molibdat.
2) Inhibitor katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang
mengendalikan korosi dengan cara menghambat salah satu tahap dari proses
katodik, misalnya penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan
ion-ion hidrogen. Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam
sulfit.
3)
Inhibitor
campuran
Inhibitor campuran mengendalikan korosi dengan cara
menghambat proses di katodik dan anodik secara bersamaan. Pada umumnya
inhibitor komersial berfungsi ganda, yaitu sebagai inhibitor katodik dan
anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah senyawa silikat, molibdat, dan
fosfat.
4)
Inhibitor
teradsorpsi
Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang
dapat mengisolasi permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk
film tipis yang teradsorpsi pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini
adalah merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.
Peristiwa korosi
sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi kimia)
yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku
sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain
sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda). Elektron mengalir dari
anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Bila
besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat asam, yakni oksida-kosida
berikut akan terjadi :
Fe
+ ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Ion
Fe teroksidasi membentuk Fe2+ atau Fe3+ sedangkan ion OH
akan bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan biasanya dengan ion
H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas pencemar (SOx,
NOx). Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai
hasil reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O).
4.2
Saran
Dengan
adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi setiap pembaca
dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk lebih kreatif dalam penyusunan
makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Suroso, Asih,
dkk, Kimia untuk SMA/MA Kelas
XII Semester 1,( Aspirasi Purba:2007)
Michael.2007. KIMIA untuk Kelas XII. Jakarta :
Erlangga
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Makalah Kimia - Korosi
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://kolaynf.blogspot.com/2016/05/makalah-kimia-korosi.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
2 kommentaari:
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Anti karat
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
Terjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Coagulan
Flokulan
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash
Eco Loundry
Paper Chemical
Textile Chemical
Coagulant
Flokulan,nutrisi, bakteri
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Oli Grease
Karung
Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68 C-PAO
Zinc oxide
Thinner
Macam 2 lem
Alat-alat listrik
Postita kommentaar